March 31, 2024 Bagaimana Penggunaan Blangkon Dari Yogyakarta Bagaimana Penggunaan Blangkon Dari Yogyakarta – Blangkon merupakan hiasan kepala adat laki-laki yang dipakai sebagai aksesoris pakaian adat Jawa. Blangko Yogyakarta hanyalah bentuk praktisnya, apalagi terbuat dari kain iketan yang merupakan penutup kepala batik. Selain sebagai penutup kepala, blangkon mempunyai fungsi sosial yang dapat menunjukkan martabat atau status sosial dari pakaiannya. Bagaimana Penggunaan Blangkon Dari Yogyakarta Keunikan yang dilakukan di Blangko adalah memiliki makna dan filosofi yang mendalam berupa harapan terhadap nilai-nilai kehidupan. Masyarakat Jawa percaya bahwa kepala laki-laki mempunyai arti khusus sehingga memakai blangkon menjadi pakaian sehari-hari. Peserta Reuni 212 Yogyakarta Kenakan Lurik Dan Blangkon Dan membuat blangcon adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh siapa pun. Ada seperangkat standar atau aturan terpisah yang terkait dengan hal ini. Oleh karena itu, dahulu yang diterima hanya seniman yang memahami dan mempunyai keterampilan yang diperlukan untuk membuat blangcon. Pada dasarnya blangkon ini terbuat dari kain persegi yang digunakan untuk kain iket atau kain udeng. Kainnya berukuran lebar dan panjang kurang lebih 105 cm x 105 cm. Namun blangcon modern saat ini menggunakan bahan kain yang lebih sedikit, hanya separuh bahan kainnya. Ukuran standar blangcon diukur dari garis mendatar telinga kanan hingga telinga kiri, melintasi ubun-ubun kepala, dan melintasi dahi. Kepatuhan terhadap standar dan nilai kecantikan sangat mempengaruhi nilai sebuah blangcon. Semakin cocok dengan nilai bangcon maka semakin tinggi pula nilai blangconnya. Ragam Pakaian Adat Yogyakarta Yang Harus Diketahui Selain itu, nilai keindahan bisa berdasarkan selera dan standar sosial, tidak hanya jika dilakukan saja, tapi juga bila blangcon bertuliskan nama perusahaan digunakan sebagai aksesori. Blangkon ala Yogyakarta mempunyai bentuk yang mudah ditebak, yaitu monolan pada bagian belakang. Mondolan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut tonjolan di belakang blangcon. Mondolan berbentuk lingkaran berisi kain dan berbentuk seperti telur sehingga merupakan blangcon khas Jogja. Blangko gaya ini biasanya digunakan oleh para bangsawan keraton di daerah Yogyakarta. Kini sudah banyak empu blangkon Yogyakarta yang menjualnya atau dijadikan oleh-oleh eksklusif perusahaan. Nah dibawah ini akan kami jelaskan beberapa pengertian bentuk dan motif pada Blangkon Yogyakarta, antara lain : Kelompok 12 Budaya Rupa Nusantara Blangkon Yogyakarta Nim 083 084 1. Viron adalah bagian yang dililitkan pada bangcon agar tetap rapat. Bagian Viron ini terbuat dari kain yang dilipat, seperti tangga. Deformasi tersebut terjadi pada dua sisi kain yaitu kain kanan dan kiri. Sehelai kain menutupi kain lainnya dan hanya satu helai kain yang terlihat dari depan. Terdapat 17 lipatan pada talinya yang melambangkan jumlah rakaat shalat dalam sehari. 2. Kunkung adalah bagian yang berada di depan, di bawah, atau di atas tonjolan blangkon yang menyerupai lidah. Terlihat bagian blangcon yang berbentuk kerucut, bentuknya seperti ketupat atau persegi panjang. 3. Tengah, bagian blangcon yang menghubungkan benang kanan dan kiri. Dan bagian tengah ini juga menghubungkan bagian depan dan pangkal blangcon.Bagian tengah merupakan bagian paling tipis dari blangcon. Blangkon Gambar Png 4. Sintinga adalah bagian blangkon yang bentuknya menyerupai sayap dan berada di belakang blangkon. Letak poros ini berada di bawah bagian tengah yang mengencangkan alasnya. Biasanya potongan blangkon Mataram yang dipilin ini ditempelkan pada badan blangkon. Namun bagian blangkon Senopat yang terpelintir terlepas dari blangkon Jogja yang tampak sedang mengepakkan sayap. 5. Mondolan adalah bagian blangcon yang berbentuk bulat telur di bagian belakang. Bagian ini berfungsi untuk menahan rambut panjang agar tidak rontok. Sebab orang yang memakai blangcon mempunyai rambut yang panjang, dan bila diikat dan dikenakan blangcon tersebut menyerupai telur. Jadi mondolan pada blangkon berarti keteguhan hati seseorang untuk menunaikan tugasnya walaupun tugas itu sangat sulit. Anda Harus Tahu Beda Pakaian Adat Solo Jogja Dan Sejarahnya 6. Kepet adalah kain punggung. Kainnya menyerupai insang ikan domba. Panjang kain bagian kepet ini bervariasi, ada yang sangat pendek dan ada pula yang panjang berukuran 1 meter. 1. Motif truntum merupakan motif batik blangcon yang berbentuk bunga-bunga kecil yang melambangkan bintang malam. Motif ini sangat cocok dipadukan dengan pakaian adat Jawa yang sebagian besar berwarna hitam. Motif Blangkon truntum ini melambangkan kehidupan manusia dari dua hal, misalnya kaya dan miskin, gelap dan terang, bunga sulit, dan lain-lain. artinya tidak dapat dipisahkan. 2. Motif Modan merupakan motif yang mempunyai makna magis meredam amarah, artinya sebelum mengalahkan musuh dari luar harus mengalahkan musuh dari dalam. Sultan: Abdi Dalem Wajib Lestarikan Budaya Yogyakarta 3. Motif kumitir merupakan motif blangcon yang melambangkan orang yang tidak mau diam dan tidak selalu berusaha menjalani hidup. 4. Motif Basurde Kevengen merupakan motif blangkon yang melambangkan keberanian, kesetiaan, sifat lugu dan jujur serta mempunyai makna. 5. Motif Blumbang, berasal dari kata blumbang yang berarti kolam atau tempat yang penuh air. Dan air itu sendiri adalah sumber kehidupan. Demikian penjelasan mengenai Arti Bentuk dan Motif Blangkon Yogyakarta yang mungkin belum anda ketahui. Terima kasih telah membaca artikel ini sampai akhir. Saya harap ini bermanfaat. Blangko, hiasan kepala batik yang dikenakan pria sebagai bagian dari pakaian adat Jawa. Siapa orang Jawa pertama yang memakai blangko? Seorang Pria Mengenakan Pakaian Tradisional Jawa Dengan Keris Batik Dan — Stok Foto © Reezky11 #315976880 Sleman- Pudzi Raharjo, pria paruh baya, Pereng Kembang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Senin, 6 Januari 2020. Dia duduk bersila di sudut rumahnya. Rambut panjang diikat ke belakang. Jari kelingking tangan kanannya yang bercincin putih menggenggam kacamata persegi itu, memakainya dan mulai membuat blangcon. Sebuah lagu lama terdengar dengan lembut menyiapkan peralatan dengan tangan yang ringan. Puji menggandeng mall untuk membuat blangcon yang bentuknya seperti ujung kapsul. Sikat gigi bekas yang dibasahi lem kanji diolesi seluruh mal setinggi 58 meter itu. Jari manis kanannya memakai semacam pelindung logam untuk mencegah tusukan jarum. Lalu ia bangkit dan mengeluarkan sehelai kain batik dari beberapa lembar kain yang tergantung di lemari sebelahnya. Kain batik merah beraroma hitam itu diletakannya dengan lembut di atas mal. Setelah posisinya tepat dan simetris, Pudzi mengambil peniti yang menempel pada kain, menempelkan lem kertas pada bagian yang dijahit dan menjahit beberapa sisi kain agar posisinya tidak berubah. Apabila bentuknya sudah sesuai keinginan, Pudzi mengambil potongan karton berbentuk segitiga tersebut dan ditempelkan pada bagian depan blangcon yang akan datang, kemudian direkatkan dan dijahit hingga menempel. Tangan kanannya sesekali membelai lipatan atau tali blangcon agar tetap rapi. Sementara tangan kirinya yang memegang palu kayu kecil, memukul lembut sisi blangcon yang lain. Tampil Beda! Jemaah Haji Asal Gunungkidul Kompak Pakai Blangkon Beberapa kali ia berkeliling mal, merekatkan, menjahit, dan menyematkan hingga kain batik itu berbentuk blangcon. Dibutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk membuat satu karton blangcon berlapis. Setelah seluruh proses produksi selesai, blangcon yang masih basah dengan lem tersebut dijemur bersama mall. Tergantung panas matahari, penjemuran memakan waktu seharian. Pudzi Raharjo di rumahnya, Pereng Kembang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Senin 6 Januari 2020. (Foto: /Kurniavan Eka Mulyana) Puji mengaku sudah puluhan tahun menjadi master blangcon. Lebih tepatnya, sejak tahun 1993. Memenuhi pesanan para pedagang di pasar tradisional dan pedagang di destinasi wisata. “Saya bertanya kepada pedagang di Pasar Beringharjo dan Pasar Semanggi Solo, dan juga ada pedagang di tempat wisata seperti Keraton, Borobudur, dan Prambanan.” Blangkon Di Antara Asal Usul Dan Simbol Motif dan bentuk kain batik yang digunakan untuk membuat blangkon berbeda dengan motif dan bentuk kain batik biasa, sehingga biasanya pelanggan membawa sendiri kain untuk membuat blangkon. Motif Blangcon juga sangat beragam. Pudzi mengaku belum hafal jumlah dan jenis motifnya. Pelanggan juga biasa membawa kain dengan desainnya sendiri. Mereka biasanya bekerja sama dengan para pembatik untuk mendapatkan motif yang eksklusif. “Kainnya punya corak tersendiri. Motifnya banyak. Kadang masyarakat minta batik dengan coraknya sendiri,” kata Krete sambil menyalakan rokok. Sambil menghisap rokok, Pooji mengatakan pesanan blangcon juga tergantung lokasi pedagangnya. Misalnya, para pedagang di sekitar keraton Yogyakarta berbeda dengan para pesanan di pasar Beringharjo, begitu pula dengan para abdi dalem keraton. Para pedagang yang berdagang di kawasan keraton biasanya memesan blangkon dengan semacam lilitan atau lipatan di sisi kanan dan kiri blangkon. Shintingan memiliki beragam warna yang menunjukkan status sosial pemakainya. Oleh karena itu, jika pembeli blangcon tersebut adalah seorang pelacur keraton, bisa dipastikan pemesan akan meminta warna tertentu untuk bulatnya. Kalau untuk pernikahan pasti pakai potongan, warnanya tergantung pesanan. Pdf) Makna Blangkon Yogyakarta Sebagai Simbol Status Pada Film Dokumenter “iket Sirah” Beberapa blangkon yang ada di Balai Puji tertata rapi, namun hampir semuanya merupakan blangkon Yogyakarta, monolan atau bulat telur menonjol. Meski sebagian besar keluarannya adalah blangkon gaya Yogyakarta, Puji mengaku bisa membuat blangkon gaya solo atau blangkon gaya Sunda. Tapi ini hanya jika ada pesanan. “Saya mencicipi Jogja, tapi bisa juga mencicipi Solo dan Sunda. Bedanya blangcon Jogja dan Solo itu mondolnya. Jogjanya ringan, Solonya ringan,” kata Puji. Bahan yang digunakan untuk membuat blangkon berbeda-beda, namun kedua blangkon yang dihasilkan merupakan blangkon khas Yogyakarta. Hal ini dilakukan Puji berdasarkan pangsa pasar pedagang. Inilah yang membedakan blangcon halus dan blangcon biasa. Untuk blangkon biasa hanya menggunakan karton blangkon dan kain batik. Untuk blangcon mondolan biasa, Puji menggunakan kain sisa atau serbuk gergaji dari tempat penggergajian kayu. Blangcon biasa bentuknya lebih kaku dibandingkan blangcon pipih. Rekomendasi Blangkon Terbaik Selain itu, untuk menghaluskan blangcon, ia menggunakan sejenis rumput yang disebut mendong sebagai pengganti karton. “Tinggalkan Bagaimana cara penggunaan aplikasi dana, bagaimana penggunaan bahasa dalam surat undangan News